Gara-Gara Mahal, Sneaker Banyak Dipalsukan

[vbreadcrumbs]
125835_istmargasatwa

JakartaSneaker sudah menjadi sepatu favorit kawula muda, sejak 1970-an sampai sekarang. Kecintaan terhadap sepatu ini melahirkan berbagai komunitas khusus yang tersebar di berbagai negara.

Indonesia pun tidak mau kalah. Di tanah air, terdapat sejumlah komunitas sneaker dan salah satu yang terbesar adalah Indonesia Sneaker Team yang eksis sejak 2011.

Awalnya, komunitas ini bermula dari obrolan di komunitas forum online. “Dulu namanya Sneaker Addict di Kaskus, tapi masih forum biasa. Kami berpikir harus ada komunitas, dan pada 2011 dibentuklah Indonesia Sneaker Team,” tutur Raymond Zein, salah seorang anggotanya, di Jakarta kemarin.

Saat ini, anggota Indonesia Sneaker Team mencapai sekitar 3.000 orang yang terdaftar melalui media sosial. “Namun yang aktif dan sering kumpul-kumpul hanya sekitar 30-40 orang,” ujar Raymond, yang bertugas sebagai administrator di media sosial komunitas ini.

Indonesia Sneaker Team, lanjut Raymond, kerap kali mengadakan acara. Pada 2011, komunitas ini menggelar acara HISTory, sebuah proyek fotografi khusus sneaker. “Tagline-nya Every Sneaker Have Its Story dan hasilnya dipamerkan di Kemang,” kata laki-laki yang bekerja di perusahaan event organizer ini.

Baru-baru ini, Indonesia Sneaker Team berkolaborasi dengan Sevenzulu merilis sepatu custom made bertema margasatwa. Hasilnya disumbangkan ke sebuah penampungan satwa di daerah Depok, Jawa Barat.

Salah satu kampanye yang kerap disuarakan Indonesia Sneaker Team (dan komunitas sneaker lainnya) adalah anti barang tiruan. “Kami selalu mensosialisasikan bagaimana cara membedakan sneaker yang asli dengan yang palsu. Kami tidak bisa menoleransi palsu,” kata Raymond.

Sneaker palsu, tambah Raymond, punya sejumlah ciri-ciri seperti busa alas yang kurang nyaman, kualitas sablon yang kurang bagus, dan logonya mudah mengelupas. “Kualitasnya beda. Apa yang dibayar memang setara,” katanya.

Harga sneaker memang tidak bisa murah, sehingga tidak aneh apabila muncul produk palsu dengan banderol yang lebih murah. Menurut Raymond, jika ingin memulai koleksi sneaker sebaiknya siapkan dana awal Rp 1,5-2 juta. “Itu bisa dapat yang lumayan. Kalau di bawah itu dapatnya yang GR (General Release),” ucapnya.

Sebagai alas kaki, Raymond mengakui bahwa sneaker tergolong mahal. Namun ada kalanya seorang sneakerhead beruntung bisa mendapatkan sepatu dengan harga miring.

“Paling simple ya beli second. Bisa saja ada seller yang tidak terlalu mengerti sehingga dilepas dengan harga murah. Jodoh-jodohanlah,” ucap Raymond.

Laki-laki berusia 29 tahun ini sendiri sudah menyukai sneaker sejak duduk di bangku SMP. Saat ini sneaker koleksi Raymond berjumlah sekitar 50 buah dan dia berupaya menjaganya di angka tersebut. Alasannya agar mudah dirawat dan tidak ada sepatu yang terbengkalai.

“Ketika koleksi terlalu banyak, ada saja yang solnya rontok, warnanya berubah, dan sebagainya. Apalagi dengan cuaca di Jakarta yang tidak menentu. Lebih baik koleksi dijaga pada jumlah tertentu,” kata Raymond.

Sneaker memang membutuhkan perawatan khusus. “Tidak bisa ditaruh di boks dan didiamkan saja. Harus ditempatkan di dalam ziplock dan diberi silica gel,” ujar Raymond.

Ke depan, Raymond meyakini sneaker tetap akan terus digemari. “Bahkan sekarang penggemarnya semakin gila. Banyak orang mau antre saat ada sneaker baru yang akan dirilis. Antreannya gila, bahkan ada yang sudah datang jam 11 malam dan menginap,” katanya.

Bagi yang baru ingin menggeluti dunia sneaker, Raymond berpesan jangan terburu nafsu. “Kalau diikuti tidak akan ada habisnya, selalu ada yang koleksinya lebih bagus. Kami punya jargon, don’t trust the hype and just buy what you want,” katanya.

 

Sumber : https://finance.detik.com